PETUAH LAUTAN
Fathor
Rahman
Nak,
tidak ada dongeng sebelum tidur
seindah kidung angin yang dicumbu bentang layarmu
bila badai menelanjangi
setiap musim,
binglala masih
melingkari purnama malam ini
angin tidak akan kemana
ia hanya singgah diwajah
bintang
yang membuatnya
berkedip sayu
merayu buih ‘tuk
bergegas mengabari pantai
karena jika karang telah bersumpah pada pertiwi
maka tebar kembali jaringmu
biarkan jangkar kuyup oleh doa seisi lautan;
agar aksara suci terpampang pada ujung perahumu
(Bangkalan,
13 April 2016)
Demokrasi
Musim
Fathor
Rahman
ada
yang tunggang langgang mencari wajah angin
bergelayangan
di rona bulan
menanyakan
setiap daun yang gugur
pada
musim yang menanyakan waktu
ada yang bisu memekik hujan
menyamun matahari
menghisap sumsum kemarau
lihatlah
yang gemulai meneguk nira di atas kuda pacu
gempita
mengatas namakan dasar kemanusiaan
mencela
dan memuji; dicela dan dipuji
ya, selamat datang di peradaban Hak
(Bangkalan, 15 April 2016)
Oh!
Fathor
Rahman
Duhai cah pandai
Sehabis berandai-andai
Mencoba
menggapai
Sampai
tercapai dan selesai
Mengintai
nilai
Diam-diam
bertikai dalam lalai
Merangkai
helai tirai yang mulai damai
Dimana bangkai
tercerai dalam derai sungai
Sementara
badai membantai di atas lantai
(Bangkalan,
15 April 2016)
Komentar
Posting Komentar