KOPI
Fathor Rahman
Lucu bila warung sepi pelanggan.
Padahal apa kurangnya?
Racikan komposisi dipadu sempurna khas kemanusiaan.
Kopi alam ditumbuk menggunakan tangan sebagai tanda
ketelatenan.
Gulanya yang sedikit mahal tanda ketulusan agar kopi tak
tersentuh zat-zat bahaya pengawet.
Air dididih sampai mucul gelembung tanda kesabaran agar
kopi benar-benar terseduh matang.
Tangan yang tak pernah capek mengaduk tanda tekad agar
rasa secangkirnya sempurna dan optimal.
Tanda kepekaan jika salah adukan maka komposisi tidak
akan benar-benar menyatu.
Anehnya, kerja keras itu cukup dibayar dengan rogohan
seribu sampai dua ribu rupiah saja.
Sepertinya "kaya" bukan orientasi utama
secangkir kopi.
Mengingat kopi adalah pelengkap semangat bagi petani
sebelum berangkat ke ladang, sahabat bagi pemuda dalam mengasah keberaniannya,
tempat curhat bagi mereka yang stres dirundung dunia, teman dinginnya malam
bagi kengiluan tulang pegadang ronda, dan masih banyak lagi.
Apa mungkin karena Warung khas emak-emak kampung bukan
trendi rimba kedai? Haha.
Pasuruan, 21 Oktober 2017
Komentar
Posting Komentar